GRESIK,1minute.id – Kabupaten Gresik salah satu penghasil bandeng terbesar di Jatim. Pada 2020, hasil panen Ikan Bandeng mencapai 87.199.779 kilogram atau 87,1 ribu ton per tahun. Meskipun hasil panen ikan bandeng tetap tinggi. Namun, persoalan yang dihadapi para petambak ikan masih cukup besar. Harga pakan kerap tidak terkendali dan kelangkaan pupuk ketika awal mengisi bandeng budidaya.
Potensi besar di sektor perikanan, antara lain di Wilayah Kecamatan Manyar yakni Desa Betoyo Guci, BetoyoKauman, Sumberejo, Tanggulrejo, Gumeno, dan sekitarnya. Selain sektor perikanan, petumbuhan sektor industri juga sangat pesat. Kondisi tersebut tentu akan sangat berpengaruh pada sektor perikanan, sehingga pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap para petani tambak.
Faktanya, kalangan petani tambak di Kabupaten Gresik saat ini justru dibuat waswas dengan adanya kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan RI) mencabut alokasi pupuk subsidi di bidang perikanan. Padahal, petani tambak juga membutuhkan pupuk subsidi untuk meningkatkan produktivitas perikanan. Jika petani tambak hanya memakai pupuk non subsidi, hasil keuntungan tidak begitu memuaskan akibat selisih harga yang terlampau tinggi.
Sekretaris Komisi II DPRD Gresik M Syahrul Munir mengatakan, jika kondisi itu tidak segera diatasi oleh pemerintah, maka pihaknya khawatir lambat laun para petani tambak akan putus asa. Akibatnya, petani tambak pada akhirnya menjual lahannya, karena biaya operasional tidak berbanding lurus dengan penghasilan yang mereka dapatkan.
”Saya juga turut prihatin jika fasilitas dan sarana prasana perikanan di Gresik, khususnya di kawasan perikanan budidaya seperti Betoyo Guci ini . Saya khawatir petani tambak lelah menjadi petani dan lebih senang menjual tambaknya untuk dijadikan pabrik atau gudang,” ujar Syahrul saat menanggapi beberapa keluhan petani tambak dalam Musyawarah Desa (Musdes) di Desa Betoyo Guci, Kecamatan Manyar, Sabtu malam, 29 Januari 2022.
Politisi muda asal PKB ini, mengajak masyarakat untuk sama-sama berfikir kemudian bersikap bahwa wilayah perikanan di Kabupaten Gresik harus dipertahankan agar tidak beralih fungsi menjadi kawasan industri.
”Tentu masyarakat harus bersiap diri,”tegasnya.
Syahrul,produksi perikanan di Kabupaten Gresik mencapai sekitar ribuan bahkan jutaan pertahun. Namun, hasil produksi itu dinilai murni dari kreativitas para petambak, sebab hingga saat ini pemerintah belum punya support sistem yang baik bagi keberlangsungan para petambak.
”Perencanaan pembangunan berkelanjutan belum terlihat keberpihakannya kepada sektor perikanan,”tuturnya. Pemerintah, lanjutnya, juga belum memiliki pusat penelitian perikanan untuk menjaga kualitas air dan kualitas ikan di Kabupaten Gresik. Maka tak heran bila jaringan irigasi dan drainase bertabrakan sehingga kualitas air semakin lama semakin tercemar oleh limbah. (yad)