SURABAYA,1minute.id – Nur Dyah Bela Putri melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Berbek Plant Sidoarjo. Dalam KKN itu, mahasiswa semester VI Jurusan Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada belasan staf dari departemen quality control (QC).
Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di industri.
Selain Bela-sapaan akrab-Nur Dyah Bela Putri, acara itu menghadirkan narasumber lainnya dari perusahaan tersebut. Karena pelatihan dilakukan secara interaktif. Di akhir pelatihan juga dilakukan pengerjaan studi kasus dan kegiatan latihan simulasi.
Menurut Nur Dyah Bela Putri, pengetahuan mengenai keamanan pangan sangat penting untuk dimiliki terutama bagi industri pangan. Industri pangan berperan dalam menyediakan produk makanan yang baik, aman, dan berkualitas bagi konsumen.
“Makanan yang memiliki klaim tersebut harus terjamin keamanannya dan bebas dari kontaminan yang berbahaya,” kata Bela dalam siaran pers yang diterima redaksi 1minute.id pada Minggu, 2 Juli 2023. Mahasiswa semester VI Fakultas Teknik, Jurusan Teknologi Pangan UPNVJT itu melanjutkan, dalam industri pangan, masalah keamanan pangan menjadi prioritas utama, sehingga pada umunya industri mencari suatu sistem yang mampu diterapkan dengan sistem pencegahan.
“HACCP menjadi pilihan banyak industri pangan karena HACCP merupakan sistem pengendalian keamanan pangan berdasarkan tindakan pencegahan,” ujarnya. Pelatihan dan sosialisasi bertempat di PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Berbek Plant Sidoarjo pada 18 Maret 2023.
PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division Berbek Plant Sidoarjo merupakan salah satu industri makanan yang bergerak di bidang pengolahan daging menjadi sosis siap santap. Pengetahuan dan kesadaran mengenai HACCP pada Departemen QC di industri tersebut memerlukan pendalaman.
“Saya melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di industri tersebut ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya penerapan HACCP di industri,” terangnya.
Pelatihan yang dilakukan terdiri dari sosialisasi dan pelatihan interaktif berupa pengerjaan studi kasus dan pelatihan simulasi. Penggunaan studi kasus dan latihan simulasi dalam pelatihan interaktif bertujuan untuk melibatkan peserta secara aktif, mendorong pembelajaran berbasis pengalaman, dan memperkuat pemahaman konsep serta aplikasinya dalam konteks pekerjaan.
Hasil dari pelatihan tersebut diketahui memberikan peningkatan pemahaman dan kesadaran Departemen QC dalam menerapkan prinsip HACCP. Hasil ini diperoleh dari membandingkan nilai pengerjaan pre-test dan post-test pada saat pelatihan. Nilai rata-rata dari pengerjaan pre-test dan post-test mengalami peningkatan sebanyak 26,4 poin dengan nilai pre-test sebesar 65,4 poin, sedangkan nilai post-test sebesar 91,8 poin (yad)