Wabup Gresik dan Ketua DPRD Gresik Nikmati Lezatnya Takjil Sanggring Kolak Ayam

500 Tahun Sanggring Kolak Ayam, Kuliner Langka, Dimasak Setahun Sekali di Maleman 23 Ramadan 

GRESIK,1minute.id – Ribuan jemaah menyemut di halaman. masjid Jamik Sunan Dalem di Desa Gumeno,  Kecamatan Manyar,  Kabupaten Gresik pada Sabtu, 22 Maret 2025. Mereka yang datang untuk ngalap berkah malam 23 Ramadan 1446 hijriah. Menu tradisi adalah Sanggring Kolak Ayam yang tahun ini memasuki genap 500 tahun alias 5 Abad. Sebanyak 3.500 bungkus sanggring Kolak Ayam yang disediakan oleh panitia untuk takjik buka puasa. 

Tampak hadir di Semarak 5 Abad Sanggring Kolak Ayam ini, antara lain,  Wakil Bupati Gresik Asluchul Alif,  Ketua DPRD gresik M. Syahrur Munir,  Sekretaris Daerah atau Sekda Gresik Achmad Washil Miftachul Rachman. Kemudian, Asisten III Setda Gresik Misbahul Munir, serta Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Gresik Saifuddin Ghozal. Mereka tampak menikmati menu langka yakni Sanggring Kolak Ayam, yang dimasak setahun sekali dengan koki semuanya adalah kaum Adam itu. 

Perayaan Semarak 5 Abad Sanggring Kolak Ayam semakin meriah dan khidmat karena dengan kegiatan pengajian akbar dengan qorik internasional, Sayyid Zulfikar Asy Syaibani, dengan KH Anwar Zahid dari Bojonegoro. Pada 2019, Sanggring Kolak Ayam telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB. Wabup Gresik Asluchul Alif menegaskan bahwa Sanggring Kolak Ayam merupakan tradis yang harus terus dilestarikan. Selain sebagai kuliner warisan leluhur, hidangan ini juga diyakini memiliki khasiat sebagai obat.

“Sanggring berarti raja yang sedang sakit. Dahulu, kolak ayam ini dibuat sebagai obat bagi Sunan Dalem saat menyebarkan syiar Islam di Desa Gumeno. Semoga dengan keberkahan beliau, kita semua senantiasa diberi kesehatan dan dijauhkan dari segala penyakit,” ujar dr. Alif-sapaan akrab-Asluchul Alif saat menghadiri acara Semarak 5 Abad Sanggring di Desa Gumeno pada Sabtu, 22 Maret 2025.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik, lanjutnya, berkomitmen untuk terus melestarikan Sanggring Kolak Ayam Gumeno yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Pemkab akan berupaya mengembangkan dan memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas. “Tahun depan, kami akan memberikan dukungan penuh, baik dari segi anggaran maupun fasilitasi lainnya, agar tradisi ini semakin berkembang dan dikenal lebih luas,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Sanggring Kolak Ayam, Didik Wahyudi, mengungkapkan bahwa tahun ini panitia menyiapkan lebih dari 3.500 porsi kolak ayam yang akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Jumlah ini menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah perayaan Sanggring. “Untuk memasaknya, kami menggunakan bahan dalam jumlah besar, termasuk 279 ekor ayam kampung, 740 kg gula merah, 600 butir kelapa, 250 kg bawang daun, 60 kg jinten bubuk, dan 1.400 liter air,” jelas Didik.

Lebih lanjut, Didik menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar ajang kuliner, tetapi juga bentuk pelestarian budaya dan syiar Islam. Peringatan 500 tahun Kolak Ayam diharapkan menjadi momentum bersejarah yang penuh keberkahan, kebersamaan, dan nilai spiritual. “Tradisi ini terus dijalankan setiap malam ke-23 Ramadan sebagai wujud rasa syukur dan doa untuk kesehatan serta keberkahan. Karena memiliki nilai sejarah dan spiritual yang kuat, kami ingin terus melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman,” tambahnya.

Menurut kisahnya, tradisi ini bermula ketika Sunan Dalem bernama lengkap Syekh Maulana Zaenal Abidin, berdakwah di Desa Gumeno pada 1540 Masehi. Putra pertama dari Sunan Giri (Sunan Maulana Ainul Yaqin) ini mendirikan sebuah masjid di desa tersebut. Tak lama usai membangun masjid, Sunan Dalem jatuh sakit.

Kabar sakitnya Sang Wali ini cukup membuat para santri dan penduduk terkejut sehingga mereka menandai peristiwa ini dengan sebutan Sanggring, berasal dari kata ‘Sang’ (raja, pemimpin) dan ‘Gering’ (sakit). Sakitnya Sang Wali selama beberapa waktu membuat para santri dan penduduk bingung mencari obat penyembuhnya. Hingga pada 22 Ramadan 946 Hijriah, sebuah mimpi menghampiri Sunan Dalem. 

Dalam mimpi itu beliau mendapatkan petunjuk tentang obat penyakitnya, yakni harus memakan sebuah makanan dengan ayam jago berusia muda sebagai salah satu syarat utama bahan masakan. Sunan Dalem lantas mengutus para lelaki untuk mempersiapkan bumbu-bumbu masakannya, yakni daun bawang merah, gula jawa, jintan, dan santan. Sementara itu para santri mencarikan ayam jago muda.

Gelaran masak besar kolak ayam ini kemudian menjadi tradisi bagi warga Desa Gumeno sampai sekarang. Tradisi Kolak Ayam selalu dilaksanakan di Masjid Jami’ Sunan Dalem Desa Gumeno yang dimulai pukul 16.00 WIB. Berkat tradisi ini pula warga Desa Gumeno dan warga dari kampung lainnya menjadi semakin erat silaturahminya. (chusnul cahyadi/*)