GRESIK,1minute.id – Budayawan di Kota Santri berduka. Mbah Mat Kauli, maestro macapat wafat di usia 94 tahun. Jenazah Mbah Mat Kauli di makamkan di pemakaman umum di dekat rumah di Jalan Awikoen Jaya, Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik pada Jumat, Wage, 21 Februari 2025.
Kabar wafatnya maestro Macapat yang memiliki 10 anak, dengan 31 cucu dan 35 cicit itu beredar melalui pesan WhatsApp Grup atau WAG. Di antaranya, dari Komunitas Gresik Heritage. Bunyi kabar duka itu : Inalillahi wa Inalilahi Rojiun, Warta Lelayu. “Sampun tinimbalan sowan ngarsanipun Gusti Ingkang Mahaasih inggih ….”

“Sebagai Ketua Umum Gresik Heritage, Kami merasa kehilangan sosok panutan, seorang Guru yang telah banyak mengajarkan arti Kebudayaan, ketulusan, dan Perjuangan tanpa Pamrih. Mbah, perjalananmu telah usai, tetapi Inspirasimu akan terus menyala, menghidupkan semangat kami dalam menjaga sejarah dan Kebudayaan Gresik,” kata Ketua Gresik Heritage Sumarga Adhi Satria kepada 1minute.id pada Sabtu, 22 Februari 2025.
Menurut Sumarga, Mbah Mat Kauli bukan sekadar Budayawan. Beliau adalah pilar nafas sejarah dan ruh Kebudayaan Gresik. Setiap Tutur, gerak, dan karyanya adalah cerminan kecintaan mendalam terhadap warisan leluhur yang beliau jaga dengan penuh dedikasi. “Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahmu, mengampuni segala khilaf, dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan, Mbah Mat Kauli, warisanmu akan terus kami jaga,” imbuh Sumarga yang juga Kepala SMP Darul Islam atau Daris Gresik.
Pada 21 Agustus 2024 wartawan 1minute.id sempat silaturahmi ke rumah Mbah Mat Kauli di Jalan Awikoen Jaya no 31 Gemantar, Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat itu, mbah Mat Kauli harus berbaring di tempat tidur di rumahnya yang sederhana. Sebab, kaki maestro macapat itu tidak bisa lagi menahan berat tubuhnya.
“Sejak Idul Fitri lalu, bapak sakit,” kata Sumiyati, 70 tahun, anak sulung dari 10 bersaudara pasangan suami-istri, Mat Kauli dengan Suparti pada Rabu, 21 Agustus 2024 lalu.
Wartawan 1minute.id secara bersamaan dengan dua siswa dan seorang guru pembimbing dari UPT SMP Negeri 4 Gresik mengunjungi rumah mbah Mat Mauli. Kedatangan siswa dan seorang pembimbing untuk melakukan pendalaman penelitian tentang macapat, kebudayaan khas di Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik itu.
Pendalaman penelitian setelah mereka lolos nasional ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia atau OPSI yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi atau Kemendubud Ristek 2024. Selama hampir 2 jam berbincang santai dengan maestro Macapat Mbah Mat Kauli di kamar tidurnya yang berukuran 3×4 meter persegi itu.
Di dalam kamar itu terdapat dua buah lemari. Satu lemari pakaian bagian rak atas digunakan sebagai tempat Mbah Mat Kauli menyimpan buku-bukunya. Buku macapat itu ada yang masih menggunakan aksara Jawa kuno atau hanacaraka, dan aksara Jawa latin. Buku aksara Jawa kuno dengan cover warna hitam dan kertas sudah berwarna kuning.
Sedangkan, buku aksara Jawa latin hasil terjemahan itu ditulis tangan oleh Mbah Mat Kauli. Selama 14 bulan Mbah Mat Kauli menyalin. Buku-buku tertata rapi.
“Tidak komplit, ada yang dipinjam anak-anak mahasiswa yang melakukan penelitian dan belum dikembalikan,” sela Sumiyati.
Meski kaki tidak bisa menahan berat tubuhnya, daya ingatan Mbah Mat Kauli masih luar biasa. Di usia 93 tahun kebanyakan orang mengalami pikun, akan tetapi ingatan Mbah Mat Kauli yang mulai nembang macapat di usia 18 tahun itu masih sangat tajam. Selama 75 tahun mbah Mat Kauli nembang Macapat.
Hanya pendengarannya mulai berkurang. Melihat ada tamu, Mbah Mat Kauli terlihat senang. Seakan menjadi “obat” bagi mbah Mat Kauli. “Matur suwun, sik diperhatikan,” katanya. Mbah Mat Kauli pun mengizinkan tamunya untuk merekam dan memotretnya.
Ia pun menceritakan tentang masa muda, hingga dinobatkan sebagai seorang maestro Macapat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek Republik Indonesia. Ia juga bercerita menjadi aktor film yang dibuat oleh Yayasan Gang Sebelah, yang berdiri sejak 2017.
Pada usia 22 tahun mbah Mat Kauli menikah dengan Supartin yang saat itu masih berusia 12 tahun. Dari pernikahan itu, Mbah Mat Kauli dikarunia 10 anak. Tiga di antara 10 anak meninggal dunia. Supartin adalah cinta pertama dan terakhir Mbah Mat Kauli.
Kondisi kesehatan Mbah Mat Kauli yang lahir 1 Mei 1931 menurun sejak istrinya, Supartin wafat pada 16 Agustus 2021. “Sejak ibu meninggal itu, kondisi kesehatan bapak terus menurun,” cerita Sumiyati.
Sekitar 3 bulan terakhir ini, Mbah Mat Kauli tidak bisa berjalan. Bahkan, kakinya sudah tidak bisa menahan berat tubuhnya. Mbah Mat Kauli hanya bisa berbaring di tempat tidur. Akan tetapi, Mbah Mat Kauli sangat bersemangat ketika membang macapat. “Bagi bapak nembang macapat bagai obat yang mujarab. Bapak selalu bersemangat kalau ada yang minta nembang,” ujar Sumiyati. (yad)