GRESIK,1minute.id – Komoditas hasil.UMKM yang masuk pasar ekspor bertambah. Setelah Sarung Wedani, Rumput laut, kacang hijau, sarang burung walet. Kini, kulit ikan hiu dan kulit ikan pari yang masuk pasar luar negeri, yakni Hongkong itu.
Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah melepas ekspor perdana kulit ikan hiu dan kulit ikan pari hasil produk olahan UD Sinarjaya milik Kasdi, pengusaha asal Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik itu.
Total pengiriman kulit ikan pari dan ikan hiu ini mencapai satu kontainer dengan volume 5,5 ton senilai USD 27.OOO atau Rp 450 juta (kurs Rp.15.000). Produk kulit ikan hiu yang di ekspor telah melewati berbagai verifikasi dari Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya II dan dinyatakan legal.
Wabup Gresik Aminatun Habibah memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat atas suksesnya ekspor kali ini. Terutama kepada BKIPM II Surabaya dan Kantor Bea dan Cukai Gresik. “Saya bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Gresik mengucapkan terimakasih,” kata Bu Min-sapaan karib-Aminatun Habibah pada Rabu, 27 September ppp⁰⁰.
Produk kulit ikan pari dan hiu ini dapat di ekspor setiap 2 bulan sekali. Hal ini juga menjadi keterbatasan sendiri dalam meningkatkan jumlah produksi. Wabup Aminatun Habibah optimis UD. Sinarjaya kedepannya dapat berkembang dengan cepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar internasional. “Ini luar biasa, karena setiap 2 bulan sekali kita bisa mengekspor produk ini. Kedepannya, saya harapkan produksi kulit ikan ini dapat ditingkatkan sehingga pasar internasional yang dapat kita jangkau semakin luas,” katanya.
Ekspor perdana olahan kulit hiu dan ikan pari dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Gresik Achmad Washil Miftachul Rachman, Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Surabaya II, Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan M. Nadlelah, Kepala Desa Randuboto Andhy Sulandra, pelaku UMKM dari UD. Sinarjaya.
Ia bercerita tentang potensi barang mentah yang ada di Indonesia. Menurutnya banyak negara luar yang mengambil barang mentah di Indonesia untuk diolah dan dijual kembali. “Saya pernah mendapatkan oleh-oleh kripik ikan dari Singapura. Setelah saya tanya, ternyata bahan bakunya dari Indonesia. Ini membuat Saya sakit hati karena harusnya kita juga bisa seperti mereka,” ungkap Bu Min.
Bu Min berharap menjadi target UMKM saat ini ekspor produk olahan dapat memiliki nilai lebih saat di pasar internasional. “Mudah-mudahan ini tidak menjadi yang pertamakali, tapi ini menjadi awal sebuah kegiatan yang memberikan kemanfaatan bagi semua orang khususnya masyarakat di Randuboto,” tuturnya.
Sementara itu, kepala Seksi Kepatuhan Internal KPPBC Gresik Darmansyah mengatakan, pendampingan ini telah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Dimulai dengan program klinik ekspor yang diinisiasi oleh Kantor Bea dan Cukai sebagai pendamping UMKM.
“Sejak tahun 2020 kami punya kelas klinik ekspor. Ini sesuai dengan tusi kami sebagai pendamping ekspor UMKM dalam negeri. Kami mendidik dan mengajari bagaimana UMKM itu bisa mempunyai kemampuan ekspor,” ujarnya. Kantor Bea dan Cukai Gresik juga dapat memfasilitasi UMKM dalam mencarinya buyer dari luar negeri, seperti Singapura, Hong Kong, dan lain-lain. (yad)