GRESIK,1minute.id – Puncak Haul Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf pada Kamis, 6 Juli 2023. Ribuan jemaah membanjiri kawasan Masjid Jamik dan sekitarnya. Saking banyaknya jemaah yang hadir sepanjang mata memandang yang tampak berwarna putih. Baju muslim dan kopyah haji warna putih yang dipakai jemaah.
Sedangkan jemaah perempuan memakai busana muslim warna hitam. Mereka tumpah ruang mulai Jalan Malik Ibrahim, Jalan KH Agus Salim, Jalan Pahlawan hingga Alun-alun Gresik sesak lautan manusia. Simpang empat Gedung Nasional Indonesia (GNI) dan simpang tiga Jalam Akim Kayat ditutup untuk semua kendaraan yang mengarah Alun-alun Gresik.
Sebelum prosesi puncak di Masjid Jamik pukul 09.00 WIB, selapas Subuh para habaib dan keluarga lebih dulu mengikuti rangkaian acara di kediaman Habib Abu Bakar Assegaf di Jalan K.H.Zubair dengan acara Maulid Nabi SAW.
Seusai itu, para habaib dan keluarga berjalan dari kediaman Habib Abu Bakar Assegaf menuju ke Masjid Jamik dengan membaca salawat diiringi musik hadrah berjalan mundur. Jaraknya tidak lebih 700-an meter. Jemaah yang hadir menyemut membuat jalan habaib tersendat. Sejumlah personel polisi, TNI serta anggota Banser membuat pagar betis membuka jalan para habaib dan undangan. Antara lain, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani.
Di sepanjang perjalanan, jemaah menyapa dan memanggil para habaib. Tidak sedikit jemaah berebut mengacungkan kamera handphone. Mengabadikan momentum tersebut.
Mengutip berbagai literatur, Habib Abu Bakar Assegaf lahir di kampung Besuki, Jawa Timur, pada 1285 H atau sekitar 1869 M. Putra dari Habib Muhammad bin Umar. Tapi, sejak kecil sudah ditinggal wafat ayahnya di Gresik pada 1293 H.
Habib Abu Bakar Assegaf wafat pada 1376 H, di usia 91 tahun. Beliau dimakamkan di sisi barat Masjid Jamik Gresik. Selama ini, makamnya selalu menjadi jujukan para peziarah dari berbagai daerah. Termasuk tokoh-tokoh nasional, seperti Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma’ruf Amin.
Saat berusia 8 tahun, atas permintaan neneknya yang salihah bernama Fatimah binti Abdullah, Habib Abu Bakar meninggalkan tanah kelahirannya menuju ke Hadramaut. Setiba di Kota Sewun, disambut paman sekaligus gurunya. Yakni, Habib Abdullah bin Umar berikut para kerabatnya.
Sejak itu, Habib Abu Bakar Assegaf mulai menimba ilmu. Dari ilmu fiqih hingga tasawuf di bawah bimbingan sang paman. Selain berguru kepada pamannya yang alim, juga belajar ilmu dari para ulama besar di sana.
Setelah menuntut ilmu di Hadramaut, pada 1302 H kembali ke Jawa bersama Habib Alwi bin Saggaf Assegaf. Menuju ke tempat kelahirannya di Besuki. Dari sinilah beliau mulai mensyiarkan dakwah Islam di kalangan masyarakat. Saat masih berusia 20 tahun, pindah ke Gresik. Sekembali dari Hadramaut, Habib Abu Bakar Assegaf juga masih memperdalam pendidikan ke ulama-ulama besar kala itu.
Singkat kisah, setelah menunaikan salat Jumat di Masjid Jamik Gresik, beliau memilih beruzlah, mengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berzikir dan tafakur) kepada Allah SWT. Uzlah tersebut dilakukan di kediamannya sampai 15 tahun lamanya. Akhirnya, Habib Abu Bakar Assegaf mendapatkan izin keluar dari uzlah melalui isyarat dari gurunya, yaitu Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi.
Setelah keluar dari uzlah, beliau ditemani gurunya berziarah ke Al-Imam Al-Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf. Sehabis ziarah, mereka menuju ke Surabaya dan singgah di kediaman Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Saat itu, warga berbondong-bondong menyambut kedatangannya di rumah tersebut. Sejak itu, Habib Abu Bakar Assegaf mulai membuka majelis taklim dan zikir di kediamannya, Gresik. Masyarakat pun menyambut dengan begitu antusias.
Dakwahnya dengan cepat tersebar luas. Sebab, dakwahnya sejuk, penuh ilmu, dan ikhlas serta semata-mata mencari ridha Allah SWT. Dalam majelisnya, setidaknya telah mengkhatamkan kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali sebanyak 40 kali. Sedangkan, di rumah beliau menghatamkan 90 kali. Total 130 kali khatam kitab Ihya Ulumuddin.
Kebiasaan Habib Abu Bakar Assegaf, setiap kali mengkhatamkan kitab Ihya Ulumuddin tersebut, selalu mengundang jamuan makan-makan kepada masyarakat luas. Tradisi itulah yang tetap dilestarikan pada setiap haul hingga saat ini.
Kebiasaan Habib Abu Bakar Assegaf, setiap kali mengkhatamkan kitab Ihya Ulumuddin tersebut, selalu mengundang jamuan makan-makan kepada masyarakat luas. Tradisi itulah yang tetap dilestarikan pada setiap haul hingga saat ini. Banyak murid atau santri Habib Abu Bakar Assegaf yang juga menjadi ulama besar.
“Semoga kita semua mendapat keberkahan,” kata Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani . (yad)