GRESIK,1minute.id – Muhammad Amanatullah lahir dengan tubuh pendek. Namun, pemuda difabel kelahiran 4 Mei 1993 itu tidak pernah berhenti memberikan manfaat untuk masyarakat. Ia pemuda multitalenta. Mengajar ngaji bagi anak-anak di tempat pendidikan Alquran (TPQ) di kampungnya di Jalan RA Kartini Gang XVI Nomor 21, Kelurahan Sidomoro, Kecamatan Kebomas, Gresik.
Melukis dan sesekali tampil sebagai motivator secara hybrid maupun dalam jaringan (daring). Aam, panggilan akrabnya, pernah tampil sebagai motivator di sejumlah perguruan tinggi di Jawa Timur. Antara lain, di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Brawijaya (UB) Malang dan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), tempat Aam kuliah di Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Ditemani sepeda roda tiga buatan orang tuanya, Aam tampil percaya diri. Sepeda tanpa mesin. Roda sepeda bergerak dengan dorongan dua kaki Aam yang pendek itu. “Kali terakhir Saya tampil sebagai motivator melalui zoom bersama dengan kumpulan mahasiswa Nusantara,”kata Aam dikonfirmasi 1minute.id melalui selulernya pada Selasa, 21 Februari 2022. Mahasiswa dari berbagai daerah, mulai Papua, Makasar, Bali dan Jawa.
Keterbasatan fisik tidak membuat alumnus SMP Negeri 4 Gresik itu terhenti memberikan manfaat bagi orang lain. Apalagi, Aam , pemuda multitalenta. Ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kebanyakan orang lainnya.
Aam, memiliki keahlian melukis. Ia melukis dengan kakinya sejak sekolah dasar. Pada 2016, Aam tergabung di dalam perkumpulan seni lukis kaki dan mulut bermarkas di Eropa. Namanya, AMFPA ( Association of Mouth and Foot Painting Artists). “Saya satu-satunya pelukis asal Gresik yang tergabung di AMFPA,”kata Aam.
Ditengah kesibukan itu, Aam tetap bisa menyelesaikan studinya di Jurusan PGSD di UMG. Pada Jumat, 18 Februari 2022 ia menjalani Yudisium di salah satu hotel di Gresik Kota Baru (GKB). Di Yudisium XL Fakultas Ilmu FKIP Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMG, Aam meraih salah satu kategori terbaik. Yakni, The Best Motivator 2022. “Rencana wisuda pada 25 Maret nanti,”ujarnya.
Meraih gelar sarjana menjadi impian Aam selepas lulus di SMA Semen Gresik. Namun, kondisi keuangan keluarga membuat ia menunda meraih mimpinya itu. Ia tidak menyerah. Aam terus berkarya serta mengajar melukis anak-anak berkebutuhan khusus diprakarsai oleh Perkumpulan Pemerhati Anak Berkebutuhan khusus (PPABK) di Kampus UMG. “Alhamdulillah, ada dua orang donatur yang membiayai saya sampai lulus kuliah ini,”,ungkapan dengan mengucap rasa syukur berulangkali.
Kini, Aam berusaha mewujudkan mimpinya memiliki galeri seni lukis. “Masih belum teralisasi. Lukisan belum banyak juga. Di rumah juga tidak ada tempat ,”katanya. (yad)