GRESIK,1minute.id – Bukit sampah yang menjulang keangkasa di TPA Ngipik menjadi berkah bagi para pemulung. Jumlah puluhan. Mereka sebagai besar berasal dari luar Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik. Sulasmi, antara lain. “Super” women berusia 60 tahun itu berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Nenek 3 cucu mengais rezeki di TPA Ngipik sejak 1983.
Semula Sulasmi bersama suami memilah, memilih dan memungut sampah di TPA berlokasi di Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik itu. Sulasmi memilih sampah plastik, botol air mineral maupun kardus. Sampah itu lalu dikumpulkan digubuknya di Ngipik. Ia kini sendirian bekerja. “Sudah 2 tahun suami meninggal,”kata Sulasmi suara lirih sambil mengais sampah plastik di TPA Ngipik pada Sabtu, 22 Januari 2022.
Sulasmi melanjutkan, suami sakit di Gresik. Karena kondisi kesehatan semakin parah, Sulasmi kemudian membawa suaminya pulang ke kampung halaman di Pacitan, Jawa Timur. “Suami meninggal disana (Pacitan,Red),” katanya dengan nada lirih.
Hampir separuh umur Sulasmi dihabiskan untuk mengais rezeki di TPA Ngipik. Sulasmi mengaku menjadi pemulung di TPA Ngipik sejak 1983. Kini, sudah 39 tahun, perempuan tangguh itu berjibaku dengan tumpukan sampah. “Nyuwun pandongane mugi-mugi pinaringan sehat terus ngih,”katanya. Berapa penghasilan Sulasmi setiap harinya? Nenek 60 tahun hanya tersenyum. “Alhamdulillah, cekap (cukup,Red),”dalihnya. (yad)