GRESIK,1minute.id – Rapat evaluasi dilakukan oleh Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani bersama manajemen baru Perusahaan Daerah (Perumda) Giri Tirta Gresik berlangsung selama 3 jam, mulai pukul 13.00 pada Selasa, 4 Januari 2022.
Rapat tertutup untuk wartawan itu dilakukan di lantai dua kantor pusat Perumda Giri Tirta Gresik di Jalan Permata Kompleks Perumahan Bunder Asri Kecamatan Kebomas. Selain Bupati Fandi Akhmad Yani tampak hadir Sekretaris Daerah (Sekda) Gresik Achmad Washil Miftachul Rachman. Sedangkan, jajaran direksi anyar yang hadir adalah Gunawan Setiadji dan Widjajani Lestari. Keduanya adalah Plt Direktur Utama (Dirut) dan Dirum Perumda Giri Tirta Gresik empat kepada cabang dan kepala uniknya.
Dalam rapat evaluasi, selain menemukan anggaran yang tak lazim ditengah kondisi keuangan perusahaan lagi masuk “ICU” yakni anggaran pensiun mantan pejabat sebesar Rp 8 miliar per tahun dan pengadaan baju seragam Rp 600 juta. Padahal, bertahun-tahun perusahaan pemasok air bersih kepada masyarakat dan industri di Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik itu mengaku merugi hingga tidak bisa menyetor pendapatan asli daerah (PAD) kepada Pemkab Gresik.
Menurut Fandi Akhmad Yani, manajemen baru bisa melakukan evaluasi kinerja manajemen sebelumnya. Berangkat dari persoalan yang selama ini disampaikan pelanggan PDAM di Kabupaten Gresik. Mulai pendistribusian air yang macet, bahkan ada yang tahunan tidak teraliri air bersih. Padahal sebagai pelanggan PDAM. “Selain itu, ada persoalan air kotor yang tidak layak pakai. Ini juga kita identifikasi. Termasuk tingkat kebocoran air yang mencapai 40 persen,”kata Gus Yani-sapaan akrab-Bupati Fandi Akhmad Yani usai rapat evaluasi di kantor Perumda Giri Tirta Gresik pada Selasa, 4 Januari 2021.
Bupati 36 tahun itu, meminta manajemen baru bisa mengurangi kebocoran air cukup tinggi mencapai 40 persen. “Kami mengajak seluruh jajaran PDAM mulai dari cabang dan bagian yang ada di internal PDAM untuk merubah mindset mereka. Bahwasanya pemerintah hari ini bersusah payah mencari PAD, mulai merubah parkir dari tunai menuju cashless. Ini tujuannya apa mencari peningkatan PAD,”ujarnya.
“Masak di PDAM malah membuat kerugian-kerugian. Yang seharusnya BUMD untung. Tidak ada lagi BUMD rugi. Kalau rugi bubar saja. Kita setengah mati menaikkan pendapatan daerah,”imbuh mantan Ketua DPRD Gresik itu.
Pada Juni 2021, tingkat kebocoran air 40 persen menjadi pembahasan serius di parlemen Gresik. Sebab, kebocoran 40 persen atau sekitar 4.581.240 meter kubik (m³) dari total produksi 11.465.902 m³ selama triwulan I /2021 tergolong tinggi.
Wartawan 1minute.id mencoba membuat ilustrasinya. Merujuk pada Peraturan Bupati (Perbup) nomor 01 tahun 2018 tentang penyesuaian tarif air PDAM Gresik. Yakni, tarif air untuk rumah tangga golongan I dengan ketentuan 0-10 m³ seharga Rp 1.500 ; 11-20 m³ seharga Rp 2.350 ; 20-30 m³ seharga Rp 3.750 dan pemakaian diatas 30 m³ seharga Rp 4.250.
Bila merujuk tarif air rumah tangga (R-1) seharga Rp 1.500 m³ dikalikan kebocoran 4.581.240 m³ sama dengan Rp 6.871.860 per 3 bulan atau Rp 2.290.620.000 per bulan. Akan tetapi, tarif air PDAM dilakukan secara progresif potensi kerugian semakin membengkak.
Ilustrasinya begini, pelanggan R-1 pemakaian air 20 m³ per bulan tarif air menjadi Rp 2.350 dikalikan 4.581.240 m³ sama dengan Rp 10.765.914.000 atau Rp 3.588.638.000 per bulan uang terbuang akibat kebocoran air itu. Tingkat kebocoran air bertahun-tahun. Perumda Giri Tirta Gresik sebagai perusahaan satu-satunya yang melayani air bersih untuk warga Kota Santri berjumlah 1,3 juta jiwa bila dikelola secara benar bukan mustahil bisa menjadi pundi-pundi pendapatan bagi Pemkab Gresik.
Tapi, yang terjadi di Gresik merugi. Mantan Dirut Perumda Giri Tirta Gresik Siti Aminatus Zariyah menyebutkan, manajemen tidak bisa menjalankan operasional karena tarif air sejak 2002 tidak pernah mengalami kenaikan. Ia meminta manajemen baru untuk menaikkan tarif air kepada pelanggan. (yad)