Jhukong, Mahakarya Asli Bawean Didaftarkan ke Unesco


GRESIK, 1minute.id – Ratusan pasang mata tertuju pada sebuah perahu di Wisata Bahari Selayar (WBS) pada Rabu, 9 Juni 2021. Mereka adalah rombongan kunjungan kerja hari kedua Bupati dan Wakil Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani-Aminatun Habibah ke Pulau Putri-sebutan lain-Pulau Bawean itu. 

Kehadiran Gus Yani-sapaan-Fandi Akhmad Yani itu untuk melaunching WBS sebagai salah satu destinasi di Pulau Bawean. WBS yang baru setahun di buka untuk umum itu berlokasi di Desa Sungai Rujing, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik.

SUNSET : Jhukong, salah satu objek menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bawean ( foto : chusnul cahyadi/1minute.id)

Namun, WBS menyita perhatian publik Kota Santri-sebutan-Kabupaten Gresik karena menyabet juara tiga Anugerah Wisata Gresik 2021 kategoti wisata alam.  Moda transportasi laut para nelayan itu ditambat di bibir pantai sekitar 50 meter dari  lokasi launching yang dilakukan oleh Gus Yani-panggilan-Bupati Fandi Akhmad Yani itu.

Perahu terlihat unik dan ramping. Warnanya juga ngejreng. Di dua sisinya di topang bambu. Perahu itu bergoyang pelan diterjang riak air pantai berpasir putih nan bening itu. Perahu itu hanya ada di Bawean. Masyarakat Pulau Bawean menyebut moda laut bagi nelayan itu dengan nama Jhukong.

MELAYANG : Jhukong, perahu khas nelayan Pulau Bawean di pantai Sangkapura (foto : Grissee Kota Bandar karya chusnul cahyadi)

Dalam buku berjudul Grissee Kota Bandar (2019) karya chusnul cahyadi, wartawan  1minute.id  memberi  sebutan Jhukong itu adalah perahu “bersayap”, karena ada dua keseimbangan yang terbuat dari bambu itu. Jhukong ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke pulau berjarak 80 mil laut atau 3-4 jam perjalanan dengan kapal cepat dari Pelabuhan Gresik itu. 

Menurut Ahmad Najib, inisiator Wonderful Sail to Indonesia di Bawean 3-6 Oktober 2019 lalu, Jhukong telah dibawa masyarakat Pulau Bawean, Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gresik untuk didaftarkan ke United Nations Educational Scientific and Cultural Orrganization (UNESCO), lembaga dibawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) itu.

“Jhukong adalah mahakarya perahu tradisional asal Bawean,”ujar Najib ditemui dirumahnya di Bawean pada Selasa malam, 8 Juni 2021. Hampir dua tahun, Jhukong didafkarkan ke Unesco. “Mohon doa dan dukungan masyarakat sehingga bisa tercatat sebagai mahakarya warisan di Indonesia. Jhukong sebagai warisan budaya Bawean bertaraf Internasional,”kata lelaki peraih penghargaan Setya Lencana dari Presiden Indonesia itu. 

PARADE JHUKONG : Nelayan Pulau Bawean berangkat mencari ikan pada Rabu, 9 Juni 2021 ( foto : chusnul cahyadi/1minute.id)

Jhukong, moda laut serba bisa. Bisa untuk memancing dan mengendus bermacam ikan. Antara lain, ikan tongkol. Selain itu, Jhukong telah teruji memilliki ketahanan terhadap gelombang  sampai 2 meter. Penumpang tidak akan mabuk laut karena kapal punya dua keseimbangan dari bambu. 

Jika dilihat bentuknya butuh keterampilan khusus untuk membuat satu unit jhukong, dengan kayu binong yang terkenal tangguh dan tahan gelombang. Sayangnya, ketersedian bahan baku kayu itu mulai langka di Bawean. Harga pun terus melambung. “Jhukong juga terdapat di relief Candi Borobudur,”kata Najib. (yad)