GRESIK,1minute.id – Ngopi bayar pakai sampah (Kosam). Ini cara kelompok karang taruna Kramatlangon, Kelurahan Sidokumpul, Gresik mengajak masyarakat peduli sampah. Mengubah mindset masyarakat peduli sampah dari rumah tidak semudah membalik telapak tangan. Dimulai 2019.
Gerakan kampanye lingkungan masif dengan berkalaborasi bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik dan PT Pertamina Lubricant, sebagai penyokong kegiatan melalui corporate social responsibility (CSR) berbuah manis.
Kampung di dekat rumah potong hewan (RPH) itu dulunya dikenal kumuh. Kini, menjadi elok. Bersih dan asri. Bahkan, menjadi kampung eduwisata di tengah perkotaan.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani melaunching Kampung Eduwisata Daur Ulang dan Urban Farming pada Rabu, 2 Juni 2021. Dua event resmi di launching di kafe Kosam alias Ngopi bayar pakai sampah. Bupati Fandi Akhmad Yani mengapresiasi gerakan karang taruna setempat itu. Sebab, gerakan itu mengkalaborasi tiga unsur yakni masyarakat, pemerintah dan perusahaan yakni PT Pertamina Lubricant.
Tidak mudah untuk mengubah mindset masyarakat untuk mengelola sampah dari rumahnya. Mengelola sampah sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Butuh waktu tiga tahun, mulai Agustus 2019.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani sempat keliling kampung sempit yang hanya bisa dilewati sepeda motor itu. Selama 20 menit, Gus Yani-panggilan-Bupati Fandi Akhmad Yani didampingi Ketua Pengadilan Negeri Gresik Wiwin Arodawanti, Ketua DPRD Gresik Much Abdul Qodir, Pj Sekda Gresik Abimanyu, Waka Polres Gresik Eko Iskandar, Kepala DLH Gresik Mokh Najikh dan perwakilan dari Kodim 0817 Gresik berjalan kaki.
Mengamati semua sudut kampung terlihat asri. Karena setiap rumah terdapat tanaman hidroponik yang tumbuh subur. Media tanam mengunakan pipa PVC. Sedangkan, kampung berhias pernak-pernik. Semua terbuat dari sampah alias barang bekas.
Gus Yani beberapa kali menghentikan langkah kakinya untuk berdialog dengan warga yang ditemuinya. “Di kampung ini masyarakat memiliki penghasilan tambahan dengan mengubah dan daur ulang sampah plastik.Kampung ini bisa menjadi pilot project sehingga diadopsi di wilayah lain atau lingkungan OPD,”ujar Gus Yani.
Selain itu, tambahnya, para masyarakat juga memulai mengembangkan pertanian dan perikanan dengan memanfaatkan lahan sempit di wilayah perkotaan dengan pola pertanian hidroponik.
“Kita tahu disini mulai dari olahan sampah plastik kain dijadikan nilai tambah. Sekarang merambah ke kampung edukasi pertanian, urban farming. Bahkan ada melon yang tumbuh di lahan sempit. Cerdas dan inovatif,”puji bupati berusia 35 tahun ini usai Rebuk Akur Ngopi Bayar Pakai Sampah.
Kepala DLH Gresik Mokh Najikh mengatakan, Kosam dirintis sejak 2019. Pada tahun lalu, imbuhnya, bisa mengumpulkan 1ton sampah, yakni plastik dan kertas. “Bila setiap desa atau kecamatan memiliki satu saja cukup lumayan mengurangi sampah di TPA Ngipik,”ujar Najikh.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Sidokumpul Imam Wahyu menceritakan, dahulu kampungnya dikenal sebagai kawasan kumuh di tengah kota. Apalagi, pada tahun 80-an merupakan kawasan pemulung.
Namun lambat laun diterangkan Wahyu, dirinya bersama sekelompok pemuda memberikan edukasi pentingnya menjaga alam dan kebersihan lingkungan. “Kini seluruh masyarakat sudah sadar tentang edukasi persampahan dan urban farming,”kata Imam.
Masyarakat mulai mengelola sampah dari rumah. Sampah kemudian diolah menjadi kerajinan memiliki nilai ekonomis. Yakni, damarkurung, lampu kenangan, pot hidroponik , hingga kursi. “Warga kini melakukan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle),”kata Imam.
Untuk Kosam, masyarakat cukup membawa sekilo sampah baik plastik atau kertas untuk ditukar secangkir kopi. Pada 2020, Kosam bisa mengumpulkan 1 ton sampah plastik dan kertas. Bagaimana sensasinya? Wartawan 1minute.id menyempatkan nyerup kopi hitam di Kosam itu. Seduhan kopi hitam terasa nikmat. (yad)