GRESIK,1minute.id – Resepsi milad ke-108 Muhammadiyah tahun ini tampil beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tengah pandemi Covid-19, resepsi milad digelar secara virtual via zoom.
Milad daring itu secara nasional yang diikuti keluarga besar warga Muhammadiyah dari unsur pimpinan pusat, wilayah, daerah, cabang, ranting se-Indonesia. Plus cabang istimewa yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik me-relay resepsi virtual itu dari Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik, Jl. Raya Permata di kawasan Perumahan Bunder Asri, Rabu 18 November 2020 siang.
Acara tetap khidmat dengan menerapkan protokol kesehatan ini. Relay milad di Gedung Dakwah itu diikuti oleh seluruh jajaran pimpinan cabang dan ranting, serta pengelola amal usaha Muhammadiyah (AUM) se-Gresik.
Ketua PDM Gresik Taufiqulloh A. Ahmady menyempatkan diri menyapa –secara virtual– satu per satu peserta nonton bareng (nobar) resepsi milad ke-108 yang dihelat di masing-masing PCM, PRM, dan sejumlah AUM di berbagai daerah di Gresik.
Dari data yang masuk ke panitia dan sempat berinteraksi langsung dengan ketua PDM, hampir seluruh cabang menggelar nobar ini, termasuk salah satu cabang di pulau Bawean, yakni cabang Sangkapura.
Pengantar sebelum tersambung ke milad virtual yang digelar PP Muhammadiyah, Taufiq mengingatkan pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagaimana ditetapkan dalam protokol kesehatan.
Sebagai Muslim, tandas Taufiq, sebenarnya hidup bersih itu tidak asing. Sebab, Islam memang mengajarkan hidup bersih, yang dikenal dengan ajaran thaharah.
“Apa yang dijalankan dalam protokol kesehatan di masa pandemi ini, seperti cuci tangan dengan sabun, selalu memakai masker, juga jaga jarak (physical distancing), itu baru sebagian dari ajaran thaharah dan baru bersifat hissiyah, yaitu penyucian secara fisik,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam Islam penyucian atau kebersihan secara fisik itu belumlah cukup. Masih ada lagi, yakni thaharah maknawiyah.
Maksudnya, penyucian diri yang bersifat batiniyah, misalnya membersihkan hati dari kesyjrikan, amalan zikir dan doa untuk memohon segera dijauhkan dari pandemi, dan meninggalkan perilaku tercela baik dalam bentuk perkataan (verbal) seperti saling caci maki dengan orang lain, maupun perbuatan (nonverbal) seperti menghindari hal hal yang bukan menjadi hak miliknya lalu diambil.
Intinya, lanjut Taufiq, thaharah maknawiyah itu menghindari perilaku yang tercela. Taufiq juga menyinggung tentang perlunya kewaspadaan di masa pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya.
Sebab, kata dia, perkembangan pandemi di Gresik relatif fluktuatif. Dikatakan, saat ganas-ganasnya, Gresik sempat berstatus merah bersama Kota Surabaya dan Sidoarjo. Selanjutnya, secara berangsur membaik jadi oranye, lalu kuning dan kini kembali ke posisi oranye.
Mengutip data Tim Satgas Covid-19, Taufiq mengemukakan, selama periode Februari – pertengahan November, di Gresik tercatat 3.608 orang terindikasi positif Covid-19.
Dari jumlah itu, 3.250 pasien dinyatakan sembuh dan meninggal dunia 328 orang.
“Kita banyak kehilangan tokoh penting di Gresik ini selama masa pandemi, termasuk dari kalangan Muhammadiyah. Karena itu, mari terus meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati,” pesannya seraya menambahkan, protokol kesehatan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (*)