Angkat Cerita Putri Campa Sebagai Tugas Akhir

Sejumlah mahasiswa ketika membawakan tari Champa,  karya Ni’matus Sa’diah , sebagai tugas akhir di Fakultas Seni Tari STKW Surabaya di halaman makam Putri Campa pada 9 Agustus 2020

GRESIK,1minute.id—Perjuangan Putri Campa belajar agama Islam di Kota Pudak menarik perhatian Ni’matus Sa’diah. Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya itu menjadikan migrasi saudagar kaya dari Kamboja dalam sebuah karya seni tari yang elok.  Gadis 22 tahun itu mempersiapkan karya berjudul Tari Champa  selama 9 bulan sebagai syarat tugas akhir sarjana strata 1 di Fakultas Seni Tari STKW Surabaya. 

Semula ada rencana tari berdurasi 15 menit ini akan ditampilkan di Taman Budaya Jawa Timur Cak Durasim. Merebaknya corona virus disease (Covid-19) membuyarkan mimpi gadis yang tinggal di Jalan Awikoen Madya Dalam, Desa Gending, Kecamatan Kebomas itu.

Meski tanpa musik gerakan para penari Putri Champa begitu gemulai. Para penari ini adalah mahasiswa gabungan dari perguruan tinggi di Surabaya dan Gresik ( foto : 1minute.id)

Ni’mah-sapaan-Ni’matus Sa’diah kemudian menampilkan karya tarinya dimainkan lima perempuan dari berbagai pergurun tinggi di Surabaya dan Gresik secara indie.  ”Pandemi korona sehingga saya pentaskan secara terbatas di Gresik,”kata Ni’mah pada Minggu, 9 Agustus 2020.

Pekan lalu, Ni’mah mengajak lima pemainnya untuk latihan di halaman Makam Putri Campa di Bukit Petukangan, Desa Gending, Kebomas. Sebelum latihan, mereka kulo nuwun kepada juri kunci makam Akhmad Syaifudin. Gerakan lima penari yang semuanya mahasiswa itu terlihat gemulai meski menari tanpa musik. Menggunakan kostum perpaduan warna merah dan putih gerakan membuat penampilan mereka cukup memukai. Meski hanya berupa potongan-potongan gerakan tari.

Ni’mah mengatakan, selama ini masyarakat menganggap Putri Campa hanya ada di Mojokerto.  ”Loh di Gresik apa juga ada putri Campa,”kata Ni’mah kemarin.  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Putri Campa yang makamnkan di Bukit Petukangan, Desa Gending, Kebomas itu berasal dari Kamboja. Dia migrasi ke Gresik untuk mencari ilmu hingga meninggal di Gresik. Kehadiran Putri Campa ini membuat banyak migran dari Kamboja ikut datang ke Gresik. 

 ”Dan, perjuangan Putri Campa ini diharapkan bisa menginspirasi masyarakat. Dan sampai sekarang khususnya daerah Gending mengingatkan Putri Campa . Saya pingin ungkapkan dalam karya tari, harapannya nanti banyak orang Gresik yang mengetahui tentang sejarah Putri Campa,”katanya. (*)